![]() |
Sumber: Only a close indissoluble union of workers and peasants will save Russia from devastation and famine; https://artchive.ru/ |
4
Kemajuan revolusioner di jalan panjang dari transisi sosialis atau komunis karenanya tidak diragukan lagi akan berasal secara eksklusif di masyarakat pinggiran dari sistem dunia, tepatnya di negara-negara yang mana seorang avant-garde akan memahami bahwa tidak mungkin untuk "mengejar ketinggalan" dengan mengintegrasi ke dalam globalisasi kapitalis, dan untuk alasan ini sesuatu yang lain harus dilakukan, yaitu, untuk terus maju dalam transisi yang bersifat sosialis. Lenin dan Mao mengekspresikan keyakinan ini, memproklamirkan bahwa zaman kita bukan lagi zaman revolusi borjuis, tetapi sebagai gantinya, sejak saat itu, zaman revolusi sosialis.
![]() |
Ekonom Mesir Samir Amin berbicara ketika krisis Eropa pada Festival Subversif di Zagreb (9 Juli 2012). |
Samir Amin (1931-2018) adalah direktur Forum Dunia Ketiga di Dakar, Senegal, dan penulis buku, yang terbaru adalah Imperialisme Modern, Kapitalisme Monopoli Keuangan, dan Hukum Nilai Marx (Monthly Review Press, 2018). // Sumber gambar: monthlyreview.org |
Refleksi ini membuat saya menilai pandangan yang dikembangkan Marx dan Engels dalam Manifesto tentang petani. Marx menempatkan dirinya pada masanya, yang masih merupakan masa revolusi borjuis yang belum selesai di Eropa sendiri. Dalam konteks ini, Manifesto berbunyi: “Oleh karena itu, pada tahap tersebut, kaum proletar tidak memerangi musuh-musuhnya, tetapi musuh-musuh dari musuh mereka, sisa-sisa monarki absolut, kaum pemilik tanah… setiap kemenangan yang diperoleh adalah kemenangan bagi kaum borjuis.”[1]
Tetapi revolusi borjuis memberikan tanah kepada para petani, seperti yang ditunjukkan secara khusus dalam contoh kasus di Prancis. Karena itu, kaum tani dalam mayoritas terbesarnya menjadi sekutu borjuis di dalam kubu para pembela sifat suci properti pribadi dan menjadi musuh kaum proletar.
Namun, perpindahan pusat titik berat [gravitasi] dari transformasi sosialis dunia, beremigrasi dari pusat-pusat imperialis yang dominan ke pinggiran-pinggiran yang lebih dominan, secara radikal mengubah permasalahan kaum petani. Kemajuan-kemajuan revolusioner menjadi mungkin dalam kondisi-kondisi masyarakat yang sebagian besar masih merupakan petani, hanya jika garda depan sosialis mampu menerapkan strategi-strategi yang mengintegrasikan mayoritas kaum tani ke dalam blok pertempuran melawan kapitalisme imperialis.
//Bersambung
Cataran-catatan
- ↩ Marx dan Engels, The Communist Manifesto, 17.
Esai ini pertama kali diterbitkan dalam jurnal Sociološki Pregled / Sociological Review 52 (2), pp. 430-452, doi:10.5937/socpreg52-16323 oleh Serbian Sociological Association (Beograd, Serbia) (lihat: https://drive.google.com/file/d/1msN83o5n8hPrHewbH_PQBJeBHbJMhKxo/view). Dan, sebelum Samir Amin meninggal, ia mengirim esai ini ke Monthly Review (lihat: https://monthlyreview.org/2018/10/01/the-communist-manifesto-170-years-later/). Dengan ijin dari sumber tersebut (melalui Profesor Uroš Šuvaković, PhD — Pemimpin Redaksi Sociološki pregled / Sociological Review) tulisan ini dipublikasi di sini untuk materi pembelajaran.
Terjemahan ke dalam bahasa Indonesia tidak diotorisasi oleh penulis esai.
Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh Redaksi Alienasi pada Januari 2019
0 Komentar